عنْ
أبِيْ
هُرَيْرَةَ
– رَضِيَ
اللهُ
عَنْهُ
– عَنِ
النَّبِيِّ
– صَلّى
اللهُ
عَلَيْهِ
وَسَلّمْ
– قَالَ:
تُنْكَحُ
المَرْأةُ
لِأَرْبَعٍ:
لمِالِهَا،
وَلِحَسَبِهَا،
وَلِجَمَالِهَا،
وَلِدِيْنِهَا
فَاظْفَرْ
بِذَاتِ
الدِّيْنِ
تَرِبَتْ
يَدَاكْ
Dari Abu Hurairah – rhadiyallahu
anhu – dari Nabi Muhammad SAW, beliau berkata:
“Seorang perempuan dinikahi
karena empat perkara, karena hartanya, karena kedudukannya, karena
kecantikannya, (atau) karena agamanya. Pilihlah yang beragama, maka kau akan
beruntung, (jika tidak, semoga kau) menjadi miskin”.
Karena
Hartanya
Harta itu adalah salah satu
dari fitnah dunia, apabila harta telah di miliki oleh seseorang maka harta itu
menjadi fitnah dan cobaan baginya, memilih istri hanya karena harta kekayaannya
saja berarti dia telah memilih untuk memiliki fitnah dan cobaan, ditambah lagi
istri itu sendiri adalah cobaan :
“Hai orang-orang mu'min,
sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh
bagimu (kadang-kadang isteri atau anak dapat menjerumuskan suami atau ayahnya
untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak dibenarkan agama.),maka
berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan berdamai (tidak
memarahi) serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.” (QS.Attaghabun, 64:14)
Firman Allah :
“Sesungguhnya hartamu dan
anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.”
(QS. 64:15)
Maka Nabi menekankan kalian
akan rugi, bila alasan menikahinya karena kekayaannya. Harta itu bernilai nol,
angka nol akan ada harganya kalau didepannya ada angka lain selain nol, angka
lain itulah agama. Bila orang memiliki harta, harta itu haqiqinya sangat hina,
lebih hina dibandingkan dengan bangkai anak kambing di padang pasir yang luas.
Pada suatu hari Nabi berjalan dengan para sahabat, kemudian menemukan bangkai
anak kambing, “Hai para sahabat tidakkah kau lihat bagkai anak kambing itu ?”
kata Nabi, “Ya Nabi” jawab para sahabat, “Siapakah yang mau mengambil manfaat
dari bangkai itu?” sambung Nabi, saat itu para sahabat tidak ada yg bergerak,
“Ketahuilah bahwa gambaran dunia itu lebih hina dari bangkai anak kambing itu”,
al hadits... Kalau seseorang bisa merubah harta itu lebih bermakna, maka
berbahagialah dia, antara lain harta yang mereka miliki digunakan untuk jihad
fisabilillah.
Jadi janganlah calon suami
hanya memilih perempuan hanya semata-mata karena hartanya. Dijamin akan rugi.
Karena
Keturunannya
Firman Allah :
“Sesungguhnya
Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya .” (QS. Attiin,
95:4)
Orang dilahirkan ke bumi
itu tidak bisa memilih suku apa, keturunan siapa dan bagaimana warna kulit,
rupa dan bentuk fisiknya. Namun secara garis besar semua manusia dibuat dalam
bentuk
yang sebaik-baiknya.
Sebagian besar orang arab saat itu, betul-betul menjadikan
keturunan sebagai patokan derajat manusia. Bila setelah perkawinan terjadi,
ternyata diketahui derajat suku dan keturunan suaminya itu lebih rendah dari yg
mereka lihat maka keluarga si perempuan berusaha agar bercerai, dengan alasan
derajatnya berbeda. Bahkan di sebagian jazirah arab binatang kuda pun dicatat
dari keturunan apa. Betul-betul tidak boleh dikawinkan dengan kuda sembarangan,
karena nanti mengakibatkan adanya keturunan yang kurang bermutu. Tetapi untuk
manusia haqiqi nya beda, mutu manusia itu adalah dari keimanan dan ketakwaanya.
Allah Berfirman :
“Hai manusia, sesungguhnya
Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan
menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Waspada.”
(AlHujuraat, 49:13)
Bila ada seorang laki-laki
mendapatkan istri dari keturunan suku yg mereka anggap tinggi maka ia merasa
bangga dan merasa derajatnya ikut naik, padahal ….
firman Allah :
“Dan masing-masing orang
memperoleh derajat-derajat sesuai dengan apa yang dikerjakannya. Dan Tuhanmu
tidak lupa dari apa yang mereka kerjakan.” (Al an’am, 6:132)
Saya pernah dialog dengan
salah satu orang Yaman di Masjidil haram, yang warna kulitnya coklat agak
gelap...Saat ada perempuan Yaman melintas, laki-laki Yaman yg saya ajak dialog
mengatakan “Ini adalah salah satu dari suku kami di Yaman”, ...orangnya tinggi,
putih, cantik. Kemudian ia saya tanya “Kenapa kamu dulu tidak menikahi yang
seperti itu ?”, “O... tidak bagus karena suku saya kulitnya agak coklat tua,
jadi adat kami menilai itu kurang baik karena nantinya bila memiliki keturunan
tidak asli dari suku kami”, jawabnya.
Saya juga pernah dialog
dengan salah satu orang India, saya Juga tanyakan padanya “Kenapa anda tidak
menikahi orang selain India ?”, “Wah tidak baik itu.., karena anak saya nanti
“belang” tidak asli India. Kalau tidak asli India nanti orang India yang lain
tidak mau kawin dengan anak saya yang “belang” itu , jawabnya.
Inilah salah satu alasan
orang mencari istri di lihat dari sisi nasabnya. Namun nasab pun akan membawa
bencana bila tidak didasari agama.
Karena
Kecantikannya
Allah berfirman :
“Dia Allah menciptakan
langit dan bumi dengan haq. Dia menjadikan rupamu dan Allah membuat bagus
rupamu itu dan hanya kepada Allah-lah kamu kembali.” (Attaghabun, 64:3)
Allah berfirman :
“Dialah yang membentuk rupa
kalian dalam rahim sebagaimana dikehendaki-Nya. Tak ada Tuhan (yang berhak
disembah) melainkan Dia, Yang Maha Mulya lagi Maha Bijaksana dalam menghukumi.”
(Ali Imran, 3:6)
“Hai manusia, apakah yang
telah mem perdaya kan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha mulia. Yang
telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan
tubuh)mu seimbang, Dalam bentuk rupa apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun
tubuhmu.” (Al Infithar, 82:6-8 )
Sebenarnya seluruh rupa
manusia ini sudah sebaik-baiknya rupa. Maka janganlah memilih kecantikan
wajahnya menjadi alasan memilih seorang istri.
Memilih kecantikannya saja
tanpa melihat agamanya, dijamin kecantikan itulah yang akan mengakibatkan
bencana. Wajah dibuat oleh Allah tidak untuk mengangkat derajat orang sesuai
dengan dalil : ” Allah tidak memandang rupa kalian dan harta kalian, melainkan
Allah memandang hati kalian dan amal kalian”.
Manusia telah diciptakan
dengan fitrah menyukai segala sesuatu yang indah, elok dan cantik. Sebaik-baik
perempuan adalah yang membuat suaminya bergembira ketika memandangnya karena
keelokan dan pesona wajahnya. Tidak mengapa seseorang menyukai seorang wanita
karena wanita tersebut cantik, yang tidak pantas adalah menyukai seorang wanita
hanya karena kecantikannya. Dapat dibedakan? Jika yang pertama berarti kita
menyukai wanita karena memang wanita itu cantik, namun kita juga memandangnya
dari sisi lain; apakah wanita tersebut baik perangai dan akhlaqnya? Apakah wanita
tersebut berhijab? Dan lain sebagainya, sehingga pertanyaan-pertanyaan ini bisa
menjadi pertimbangan lain setelah kecantikan. Yang kedua, adalah ketika
seseorang tidak mempertimbangkan sesuatu dari seorang wanita selain kecantikan,
bila ada kecantikan pada parasnya, maka itu sempurna, tanpa perlu menimbang
agama dan lain sebagainya. Kondisi seperti inilah yang sangat tidak dianjurkan.
Memandang seorang wanita
hanya dari kecantikannya adalah hal yang akan terasa tidak bergunanya di
kemudian hari, karena boleh jadi wanita cantik tersebut malah menyusahkan kita,
tidak dapat mendidik anak, menyebarkan aib suami, suka ghibah, dan boleh jadi
kecantikannya tersebut dipergunakan untuk menggoda lelaki lainnya selain
suaminya. Sungguh, kecantikan adalah fitnah jika tidak dibarengi dengan agama.
Semakin jauh usia pernikahan melaju, kecantikan/kegantengan pun akan semakin
ditinggalkan, yang tersisa di kemudian hari adalah perangai dan akhlaq. Jika
kecantikan habis dilekang zaman, maka agama dengan makna yang sebenarnya lah
yang akan bertahan. Jika seorang wanita tidak memiliki agama, lalu apa yang
dapat dibanggakan setelah kecantikan? Ternyata pernikahan bukan soal kesenangan
dan kebanggaan belaka, dalam pandangan Islam, pernikahan lebih ke rancangan
masa depan yang gemilang. Kesenangan dan kebanggaan akan sirna seiring dengan
sirnanya sesuatu yang dibanggakan dan disukai tersebut, karena itu, jadikanlah
kesenangan dan kebanggaan terhadap sesuatu yang tidak lekang dimakan zaman!
Masa depan yang gemilang
adalah ketika pernikahan benar-benar menjadi berkah bagi sepasang anak manusia
tersebut. Cinta tetap tersemi walau usia pernikahan sudah senja, anak-anak
shalih dan shalihah, dan hal indah lain yang dapat dibayangkan oleh setiap
muslim.
Syaikh Khatib berkata:
Hati-hati dengan kecantikan Ditempat penuh kejelekan Kalaupun parasnya memesona Pudarnya ada di perangainya Apakah artinya kecantikan? Kalau bergaun keburukan?
karena
agamanya
Agama di sini maksudnya
adalah ketaatan bukan sekedar penampilan luar, namun bukan berarti tidak
berhijab juga tidak apa-apa asal shalihah (baik perangainya). Berhijab
merupakan setengah ketaatan, setengahnya lagi adalah perilaku, artinya, seorang
wanita yang tidak berhijab tidak dinilai beragama dalam pandangan syara, karena
ketaatannya kurang, walaupun wanita tersebut baik akhlaq dan perilaku
kesehariannya.
Kenapa penyebutan agama
dalam hadits diakhirkan, padahal agama sendiri adalah sesuatu hal terpenting
yang harus diutamakan ketika memilih calon istri? Karena kenyataannya, sedikit
saja orang yang memilih wanita lantaran agamanya.
Rasulullah saw bersabda “Tidak
ada hal yang paling bermanfaat bagi seorang mukmin setelah taqwa kepada Allah
selain wanita shalihah, jika diperintah, ia menaatinya, jika dipandang, ia
membuatnya bahagia/senang, jika bersumpah, ia memenuhi sumpahnya, jika
ditinggal suaminya, ia menjaga diri dan harta suaminya.”
Rasulullah saw bersabda “Barang
siapa yang Allah beri rizki wanita shalihah, maka sungguh Allah telah
menolongnya untuk menyempurnakan setengah agamanya, maka takutlah kepada Allah
(dalam memenuhi) setengahnya lagi.”
(فَاظْفَرْ بِذَاتِ
الدِّيْنِ), Pilihlah yang beragama, maka kau akan beruntung. Maknanya
adalah, barang siapa yang menikah dengan seorang wanita yang beragama, maka
sungguh ia telah beruntung, maka jagalah dia dengan baik. Kenapa dikatakan
beruntung? Pertama, wanita yang beragama dengan makna yang sebenarnya
tidak mungkin membangkang perintah suaminya (tentunya perintah yang tidak
bertentangan dengan perintah Allah), dan karenanya suaminya merasa
senang. Kedua, wanita yang beragama tidak mungkin berhias untuk
selain suaminya, dan karenanya, ia akan senantiasa tampil menarik di rumah,
dengan demikian sang suami akan tetap mencintainya. Dan masih banyak lagi
keuntungan-keuntungan lainnya.
( تَرِبَتْ يَدَاكْ ), (jika tidak, semoga kau) menjadi miskin. Makna dari تَرِبَتْ
يَدَاكْ
adalah ungkapan
doa kefakiran terhadap seseorang yang menemukan wanita beragama namun lebih
memilih wanita yang cantik atau dari keturunan ningrat, atau kaya raya walaupun
tidak beragama. Ada yang mengatakan bahwa تَرِبَتْ
يَدَاكْdoa
agar seseorang diberi kekayaan, namun hal ini tidak dapat diterima, karena
Rasulullah tidak menyetujui sikap yang demikian (seorang lelaki yang lebih
memilih wanita kaya ketimbang beragama). Jadi makna yang tepat adalah makna
awal.
Dengan adanya ungkapan ini
seolah Rasulullah benar-benar memotivasi seseorang untuk memilih pasangan
hidupnya dengan selalu meninjau agama sebelum yang lainnya.
Wallohua’lam,
Referensi : dakwatuna
Tidak ada komentar:
Posting Komentar