Kupu-kupu cantik,

Minggu, 22 Januari 2012

Keutamaan Bersedekah, Pemaaf dan Merendahkan diri


Oleh Ustadz Abdullah Taslim Al Buthoni, M.A.

“Dari Abu Hurairah ra, bahwa Rosululloh SAW bersabda, “ Tidaklah sedekah itu mengurangi harta dan tidaklah Alloh menambah bagi seorang hamba dengan pemberian maafnya (kepada saudaranya) kecuali kemuliaan (di dunia dan akhirat).” (HR.Muslim, no.2583 dan imam-imam lainnya)

Hadits yang mulia ini menunjukkan besarnya keutamaan dan kemuliaan sifat-sifat tersebut di atas ( Lihat kitab Syarah Shahih Muslim tulisan Imam an-Nawawi rahimahullah,16/141), bahkan semua itu termasuk sifat-sifat utama yang dimiliki oleh orang-orang yang bertaqwa, sebagaimana yang Alloh sebutkan dalam  firmanNya :

“ Orang-orang yang bertakwa yaitu orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit,  dan orang-orang yang (selalu) menahan amarahnya, serta (mudah) memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan” (QS Ali ‘Imraan:134).

Beberapa faidah penting yang terkandung dalam hadits ini:

- Arti “tidak berkurangnya harta dengan sedekah” adalah dengan tambahan keberkahan yang Allah Ta’ala jadikan pada harta dan terhindarnya harta dari hal-hal yang akan merusaknya di dunia, juga dengan didapatkannya pahala dan tambahan kebaikan yang berlipat ganda di sisi Allah Ta’ala di akhirat kelak, meskipun harta tersebut berkurang secara kasat mata”
Allah Ta’ala berfirman:

{وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ}

“Dan apa saja yang kamu nafkahkan (sedekahkan), maka Allah akan menggantinya, dan Dia-lah Pemberi rezki yang sebaik-baiknya” (QS Sabaa’:39).

Makna firman-Nya “Allah akan menggantinya” yaitu dengan keberkahan harta di dunia dan pahala yang besar di akhirat.
- Kata al-’afwu (memaafkan) artinya memaafkan perbuatan salah dan tidak menghukumnya, asal maknanya secara bahasa: menghapus dan menghilangkan.

- Arti bertambahnya kemuliaan orang yang pemaaf di dunia adalah dengan dia dimuliakan dan diagungkan di hati manusia karena sifatnya yang mudah memaafkan orang lain, sedangkan di akhirat dengan besarnya ganjaran pahala dan keutamaan di sisi Allah Ta’ala.

- Arti tawadhu’ (merendahkan diri) karena Allah adalah merendahkan diri dari kedudukan yang semestinya pantas bagi dirinya, untuk tujuan menghilangkan sifat ujub dan bangga terhadap diri sendiri, dengan niat mendekatkan diri kepada-Nya, dan bukan untuk kepentingan duniawi.

- Adapun arti ketinggian derajat orang yang erendahkan diri karena Allah Ta’ala di dunia adalah dengan ditinggikan dan dimuliakan kedudukannya di hati manusia karena sifat tersebut, dan di akhirat dengan pahala yang agung dan kedudukan yang tinggi di sisi-Nya. Ini termasuk sifat orang-orang yang bertakwa,

Allah Ta’ala berfirman:

{تِلْكَ الدَّارُ الْآخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لا يُرِيدُونَ عُلُوّاً فِي الْأَرْضِ وَلا فَسَاداً وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ}

“Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan (maksiat) di (muka) bumi, dan kesudahan (yang baik) itu (surga) adalah bagi orang-orang yang bertakwa”
(QS Al Qashash:83).

Sabtu, 14 Januari 2012

Kisah uang Rp.1000,00 dan Rp.100.000,00



Semoga bermanfaat,



Uang Rp.1000,00 dan Rp 100.000,00 sama2 terbuat dari kertas,sama2 di cetak dan diedarkan oleh dan dari Bank Indonesia...
Pada saat bersamaan mereka keluar dan berpisah dari Bank dan beredar dimasyarakat,
4 bulan kemudian mereka bertemu lagi secara tidak sengaja dalam dompet seorang pemuda. Kemudian diantara kedua uang tersebut terjadilah percakapan :

Rp 100.000,00            : " kenapa badan kamu begitu lusuk,kotor dan bau amis...?"

Rp 1000,00                  : " karena begitu keluar dari Bank aku langsung ditangan orang2    bawahan,dari tukang becak,tukang sayur,penjual ikan dan ditangan pengemis. Kenapa kamu masih kelihatan baru,rapi dan masih bersih yaah?"
Rp 100.000,00            : "karena begitu aku keluar dari Bank,aku langsung disambut perempuan cantik dan beredarnyapun di restauran mahal,dimall dan hotel2  berbintang dan keberadaanku selalu di jaga dan jarang keluar dari dompet ".

Rp 1000,00                 : " Pernahkah kau mampir di tempat ibadah?"
Rp 100.000,00            : " Belum pernah ”

Rp 1000,00                 : " ketahuilah keadaanku seperti ini karena setiap jum'at aku selalu mampir di Masjid2 dan ditangan anak2 yatim bahkan aku selalu bersyukur kepada Tuhan karna aku tidak dipandang manusia sebuah nilai tapi karna sebuah manfaat "





akhirnya menangislah uang Rp.100.000,00 karna merasa besar,hebat,tinggi tapi tidak begitu bermanfaat selama ini.Jadi, bukan seberapa besar penghasilan Anda tapi seberapa bermanfaat penghasilan Anda. Karna kekayaan bukanlah untuk kesombongan. Semoga  kita termasuk golongan orang2 yang selalu mensyukuri nikmat dan memberi manfaat untuk semua. Selain itu, semoga kita dijauhkan dari sifat sombong...aamiin,








( kisah seorang sahabat )



Ki

Selasa, 10 Januari 2012

Muhasabah diri,

"Ketahuilah, bahwa sesngguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu" ( QS.Al-Hadid :20)


Kebahagiaan seorang hamba adalah setiap bertambah ilmunya bertambah pula sifat rendah hatinya,Smakin bertambah hartanya, bertambah pula kemurahan hatinya Smakin bertambah ibadahnya smkin bertambah pula rasa takut & kehati-hatiannya Dan smakin bertambah umurnya, smakin bertambah pula kedekatannya pada Dzat yg memberi kehidupan.Merendahkan hati bukan berarti diri ini hina, menghaluskan budi bukan berarti diri ini lemah & bersikap arif bukan berarti diri ini tidak berdaya. Sulit memang, karena semua itu tergantung seberapa besar ketulusan & kerelaan kita untuk mengabdi pada Dzat Yang Maha Agung,

Ya robb, mungkin terlalu banyak yang tlah ku keluhkan padaMu tp Engkau tak pernah bosan untuk mengasihiku dengan menegurku atas kesalahanku,Robbi..rinduku biru hanya untukMu..Duhai Allah Yang Kuasa,cintaMu mulia betapa indahnya sirami hati yang lemah resah teduhi jiwa yang gelisah,

"Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir.kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya. (QS. Al-Ma'arij : 19-23)
Robbi, jadikan aku menjadi muslimah yang cukup kuat mengatasi kelemahan menjadi muslimah yang cukup berani mengatasi ketakutan jadikan aku menjadi muslimah yang bangga dan teguh dalam kekalahan jadikan aku menjadi muslimah yg senantiasa ingat kepadaMu dan menjadi muslimah yang mencintaiMu..aamiin,







~ Eni Zaahirah ~





Senin, 09 Januari 2012

PiLihanku,


kamu tau satu2nya ALASAN mengapa للّهُ memisahkan kita ?

karna kita terlalu dekat,

melampaui batas yang seharusnya,

kamu tau alasan mengapa للّهُ mencipta JARAK antara kita ?

karna للّهُ" ingin kita saling MENDOAKAN,

dalam jauhnya pandangan sekalipun,

kamu tau alasan munculnya kantung pada mata ?

Untuk membiarkannya terpejam,

beristirahat dari memandangmu dalam nyata,

Sesekali aku hanya ingin BICARA,

sekadarnya saja,

tidak lama,

siapalah aku ketika kita bertemu mata,

namun dibalik telapak tangan ini,

sebuah NAMA terukir INDAH,

belum dapat ku baca,

KATA للّهُ" masih RAHASIA.

Hehee...

Siapakah ?





~ Eni ZaahiraH ~

Minggu, 08 Januari 2012


biarkan aku khabarkan padamu,
bahwa aku cuma gadis biasa,
aku bukan bidadari khayangan yang sempurna.
aku bukan rupawan dari hikayat dongeng,
yang sangat jelita.

aku cuma gadis biasa.
hidupku pun bukan hanya indah dan bahagia.

biar aku ingatkan kamu,
bahwa aku bukan bidadari yang turun ke bumi..
dengan kejelitaan dan kesempurnaan yang kamu impikan..

bukalah mata,
kau pun bukanlah putera impian dari cerita dongeng.

maka...
mengapa tidak kita sama-sama memperbaiki diri?
daripada sibuk menuding jari pada ketidaksempurnaan masing-masing???







salam dari sahabatmu,


~ Eni Zaahirah~

Minggu, 01 Januari 2012

SomBong = Pintu Neraka,

Sesungguhnya Iblis dikutuk karena kesombongannya. Dia dikeluarkan dari surga dan menjadi musuh bagi manusia. Al Qur’an menceritakan kisah ini dengan sangat baik dalam Surat Shaad ayat 75 – 78;
Allah berfirman: “Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?”.
Iblis berkata: “Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah”.
Allah berfirman: “Maka keluarlah kamu dari surga; sesungguhnya kamu adalah orang yang terkutuk,
Sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan”.
Itulah kisah Iblis yang sombong. Berhati-hatilah karena kita bisa disesatkannya dan mengikutinya. Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam pernah bersabda,
“Tidak masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat seberat atom rasa sombong.”
Kemudian beliau bersabda,
“Sombong yaitu menolak kebenaran dan meremehkan manusia.” (HR. Muslim)
Sesungguhnya orang yang sombong adalah ahli neraka
Penghuni neraka ialah orang yang buruk perilaku dan akhlaknya dan orang yang berjalan dengan sombong, sombong terhadap orang lain, menumpuk harta kekayaan dan bersifat kikir. Adapun penghuni surga ialah rakyat yang lemah, yang selalu dikalahkan. (HR. Al Hakim dan Ahmad)
Nabi saw. bersabda: Maukah kalian aku beritahu tentang ahli surga? Para sahabat berkata: Mau. Rasulullah saw. bersabda: Yaitu setiap orang yang lemah dan melemahkan diri, seandainya ia bersumpah demi Allah, pasti akan dilaksanakan. Kemudian beliau bertanya lagi: Inginkah kamu sekalian aku beritahukan tentang ahli neraka? Mereka menjawab: Mau. Beliau bersabda: Yaitu setiap orang yang kejam, bengis dan sombong. (Shahih Muslim No.5092)

Rasulullah saw. bersabda: Neraka dan surga saling berdebat, lalu neraka berkata: Aku dimasuki oleh orang-orang yang suka menindas dan sombong. Surga berkata: Aku dimasuki oleh orang-orang yang lemah dan miskin. Lalu Allah berfirman kepada neraka: Kamu adalah siksa-Ku, Aku menyiksa denganmu siapa yang Aku kehendaki. (Atau Allah berfirman: Aku menimpakan bencana denganmu kepada orang yang Aku kehendaki). Dan Allah berfirman kepada surga: Kamu adalah rahmat-Ku, Aku limpahkan rahmat berupa kamu kepada siapa yang Aku kehendaki. Dan masing-masing kamu memiliki penghuninya sampai penuh. (Shahih Muslim No.5081)

Sepertinya sederhana, namun rasa sombong bisa menghalangi seseorang dari jalan kebenaran. Itulah yang membuat perkara ini menjadi sangat penting. Karenanya, setiap muslim tidak boleh menolak kebenaran dan nasehat, sehingga menyerupai Iblis dan orang-orang kafir. Orang yang menolak kebenaran akan terjerumus ke dalam sifat sombong yang menghalanginya masuk surga. Orang yang menolak kebenaran juga tidak akan pernah maju dalam kehidupannya. Sebab, ia akan mengabaikan kebenaran dari Allah yang sejatinya untuk kebaikan dirinya sendiri.
Sebaliknya, salah satu perkara yang membuat kaum muslimin maju adalah meninggalkan mahkota kesombongan dan mau mengambil hikmah dan menerima kebenaran dari siapapun datangnya. Maka hikmah (kebijaksanaan) adalah harta orang mukmin yang hilang. Dari mana saja ditemukan, maka ia akan mengambil dan memungutnya.
Rasulullah bersabda,
“Kebijaksanaan adalah tongkat yang hilang bagi seorang mukmin. Dia harus mengambilnya dari siapa saja yang didengarnya, tidak peduli dari sumber mana datangnya.” (HR. Ibnu Hibban)
“Hikmah itu merupakan buruan umat mukmin. Di mana saja ia menemukannya, maka dia lebih berhak untuk mendapatkannya.” (HR Turmuzi dan Ibnu Majah)
Maka dari itu, kita wajib menerima kebenaran dari siapa saja, bahkan sampai-sampai dari setan sekalipun.
Disebutkan dalam sebuah riwayat, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam menjadikan Abu Hurairah sebagai penjaga Baitul Maal.
Suatu hari, datang seseorang untuk mencuri, tetapi Abu Hurairah segera mengetahui, sehingga menangkap basah pencuri tersebut. Pencuri itu lalu mengharap, menghiba dan mengadu kepada Abu Hurairah, bahwa ia orang yang amat lemah dan miskin. Abu Hurairah tak tega, sehingga melepas pencuri tersebut.
Tetapi pencuri itu kembali lagi melakukan aksinya pada kali kedua dan ketiga. Abu Hurairah kemudian menangkapnya, seraya mengancam, “Sungguh, aku akan mengadukan halmu kepada Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam .”
Orang itu ketakutan dan berkata menghiba, “Biarkanlah aku, jangan adukan perkara ini kepada Rasulullah! Jika kau penuhi, sungguh aku akan mengajarimu suatu ayat dari Al-Qur’an, yang jika engkau membacanya, niscaya setan tak akan mendekatimu.” Abu Hurairah bertanya, “Ayat apakah itu?”
Ia menjawab, “Ia adalah ayat Kursi.” Lalu Abu Hurairah melepas kembali pencuri tersebut. Selanjutnya Abu Hurairah menceritakan kepada Rasulullah apa yang ia saksikan. Lalu Rasulullah bertanya padanya, “Tahukah kamu, siapakah orang yang berbicara tersebut? Sesungguhnya ia adalah setan. Ia berkata benar padahal dia adalah pendusta.” (HR. Al-Bukhari).
Jadi, mari kita tinggalkan kesombongan, jangan meremehkan manusia dan jangan menolak kebenaran! Senantiasalah menuntut ilmu dan mencari hikmah, baik belajar dari ahlinya, dari orang awam, dengan cara belajar sendiri (otodidak) maupun mengambil hikmah dari orang-orang kafir! Dan sebaik-baik menimba ilmu adalah dari ahlinya (ulama’).
Janganlah menjadi orang berilmu tapi sombong, yakni orang yang mempunyai ilmu tinggi, lalu menganggap orang lain bodoh, menghakimi mereka tidak diberi hikmah, lalu dia menolak kebenaran dan meremehkan manusia. Dia menjadi bodoh karena tanpa dasar menyerukan bahwa ilmu, hikmah, petunjuk, dan keselamatan hanya ada pada kalangannya sendiri. Pernyataan itu tidak benar dan tidak adil. Manusia tidak berhak menentukan yang demikian sekalipun ilmunya tinggi. Sebab, dengan semakin mendalam ilmunya, manusia seharusnya semakin rendah hati. Sungguh, manusia tidak patut menentukan yang demikian, karena hal tersebut adalah kehendak (hak) Allah.
Allah menganugerahkan al hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah). (Al Baqarah 269)
Demikianlah Allah membiarkan sesat orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. (Al Mudatsir 31)