Bismillah...
Untuk Sebuah Hati yang Tak Bisa Kujanjikan Apa-Apa
Malu jika harus bertemu dengannya dalam kondisi seperti ini.
Kondisi yang masih belum banyak berilmu.
Yang mungkin masih banyak mengecewakan dan jauh dari harapan.
Malu akan jauhnya angan dan kenyataan untuknya.
Aku terlalu malu untuk banyak berharap akan dia yang (sekarang berada) entah dimana.
Semoga saja bukan kekecewaan yang akan menggelayuti hari-harinya ketika ia telah memilihku.
Sebagai orang pilihan pelengkap tulang rusuknya sehingga kembali menjadi sempurna dan bisa beraktivitas lebih optimal lagi.
Semoga saja bukan tundukan pandangan karena fisikku tidak sesuai dengan bayangannya
Sungguh terlalu menyiksa, bahkan hanya untuk mengandai-andaikannya.
Bagaimana jika nanti wajahnya tiba-tiba berkerut.
Saat diajaknya aku berdiskusi tentang hal yang benar-benar belum aku mengerti.
Hal yang benar-benar tidak terlintas satu ide pun untuk menjadi komentarku atas pernyataanmu.
Atau mungkin ketika tanpa sadar wajahnya tak lagi sumringah seperti saat pertama ia memilihku menjadi pendampingnya.
Ahh, aku terlalu takut untuk itu.
Terlalu malu dan takut untuk menjabarkan berbagai kemungkinan yang membuatku tidak sampai hitungan lima jari dari 100 angka (kriteria) calon istri idamannya.
Untuk sebuah hati di sana,
Semoga kau tahu bahwa aku tidak bisa memberimu banyak..
Tidak bisa menjamin sesuatu yang berlebih atau bahkan seperti Khadijah atau Aisyah sang calon istri dambaan kaum Adam
Aku ingin kamu menjadi pembimbingku..
Bersama menjadikan rumah kita menjadi sedekat mungkin dengan kehangatan rumah Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam,,
Untuk kau yang entah pernah melintaskan sesosok calon yang sangat biasa seperti aku atau tidak.
Kuharap senyum yang bisa aku jaminkan senantiasa menemani hari-hari kita, yang bisa menjadi hal berarti bagi kita.
Semoga ketidaktahuanku menjadikan kita satu simpul tali yang semakin erat dan menguatkan..
Semoga segala hal yang tidak bisa aku janjikan tetap membuatmu menjadikanku pilihan terbaikmu...
Sampai ketemu.
Hingga saat kita mengalaminya bersama.
Kelak saat Allah memberikan tanda tangan peresmiannya.
Untuk sebuah hati yang jauh di sana,
Sungguh tiada kesempurnaan yang menjadi perisai diri ini..
Hanya kefakiran akan ilmu dan akhlak yang (karnanya) membuatku merasa malu dan takut untuk bertemu denganmu.
Semoga tiada tergambar raut penyesalan darimu saat melihat kenyataan seperti apa kondisi calon istrimu ini.
Begitupun denganku, semoga aku bisa menyelimuti hatiku dengan keridhoan saat Allah mempertemukan kita nanti..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar